The Power of Habit - Charles Duhigg - Ringkasan buku








Charles Duhigg adalah seorang reporter New York Times yang pernah meraih penghargaan Pulitzer. Buku ini diterbitkan pada tahun 2010 dan menjadi salah satu buku best seller dalam daftar buku terlaris di New York Times, Amazon dan USA Today. Buku ini mengeksplorasi ilmu di balik penciptaan dan reformasi kebiasaan. Buku ini menjawab kenapa, apa dan bagaimana kebiasaan itu terjadi. Charles menulis buku ini, karena pengalaman pribadinya yang tidak dapat menahan diri untuk ngemil cookies di tempatnya bekerja, walaupun dia tahu kebiasaannya itu tidak baik untuk kesehatan tubuhnya.

Dalam dekade terakhir, pemahaman kita tentang neurologi dan psikologi kebiasaan dan cara pola bekerja dalam kehidupan kita, masyarakat, dan organisasi telah berkembang dengan cara yang tidak dapat kita bayangkan lima puluh tahun yang lalu. Kita sekarang tahu mengapa kebiasaan muncul, bagaimana mereka berubah, dan ilmu di baliknya. Kita tahu cara memecah kebiasaan menjadi beberapa bagian dan membangunnya kembali sesuai spesifikasi yang diinginkan. Kita mengerti bagaimana membuat orang makan lebih sedikit, berolahraga lebih banyak, bekerja lebih efisien, dan hidup lebih sehat. Mengubah kebiasaan tidak selalu mudah atau cepat. Itu tidak selalu sederhana.
Tapi itu mungkin. Dan sekarang kita dapat mengerti caranya, karena Charles akan membahasnya secara rinci, setiap langkah untuk menggantikan kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik.

Buku ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berfokus pada bagaimana kebiasaan muncul dalam kehidupan individu. Ini mengeksplorasi efek neurologi pembentukan kebiasaan, bagaimana membangun kebiasaan baru dan mengubah kebiasaan lama, dan metode-metodenya.

Bagian kedua meneliti kebiasaan perusahaan dan organisasi yang sukses. Bagaimana dengan berfokus pada satu kebiasaan utama dapat menciptakan budaya organisasi yang baru dan lebih baik.

Bagian ketiga melihat kebiasaan masyarakat atau sosial. Bagian ini menceritakan bagaimana suatu gerakan sederhana dapat mengubah kebiasaan sosial yang sudah berurat berakar.

Pada awal tahun 1990, para peneliti di Brain & Cognitive Sciences Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan bahwa kebiasaan itu terbentuk dari 3 bagian, yaitu :

CUE – isyarat atau pertanda yang memicu otak kita untuk mulai melakukan kegitan

ROUTINE – rutinitas atau kegiatan itu sendiri

REWARD – hadiah atau ganjaran yang didapatkan, reward ini membantu otak kita untuk mengingat apakah kebiasaan ini perlu dilakukan kembali di masa yang akan datang

Jadi habit atau kebiasaan adalah Cue, Routine dan Reward yang dilakukan secara berulang terus menerus membentuk sebuah lingkaran kebiasaan (habit loop). Otak bekerja keras saat aktifitas baru dilakukan, tapi semakin sering aktifitas tersebut dilakukan, otak tidak lagi bekerja keras karena semuanya akan terjadi secara otomatis dan otak tidak perlu membuat keputusan.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Larry Squire (profesor di bidang memori neuroanatomi) terhadap Eugene Pauly (EP) seorang pria berusia 70 tahun, yang pada tahun 1992 mengalami koma selama 10 hari kemudian pulih namun kehilangan sebagian ingatan-nya. EP hanya dapat mengingat kejadian tahun 1960 ke belakang, tapi semua kejadian setelah tahun 1960 tidak dapat diingatnya. Bahkan semua hal yang terjadi setelah EP pulih dari koma hanya dapat diingatnya paling lama semenit saja. Dari pemelitian ini disimpulkan bahwa walaupun seseorang sudah kehilangan daya ingatnya, orang tersebut tetap dapat melakukan kebiasaan yang secara rutin diajarkan tiap hari.

Ada 5 keadaan yang mempengaruhi terjadinya CUE atau pertanda, yaitu :
1.       Waktu – ini adalah hal yang paling sering terjadi, misalnya kebiasaan kita pada pagi hari saat bangun tidur.
2.       Lokasi – aktifitas yang dipicu oleh lokasi, misalnya di dapur kita selalu membuat sarapan tiap pagi.
3.       Kejadian sebelumnya – saat terdengar bunyi notifikasi di smart phone, kita secara otomatis selalu melihat email atau medsos.
4.       Emosional – ini adalah hal yang sangat sulit dikontrol, kita butuh emotional awareness untuk dapat selalu berpikir positif.
5.       Orang lain – bergaul dengan orang-orang yang ingin kita tiru kebiasaan baiknya akan memudahkan kita mengganti kebiasaan buruk kita.

Salah satu cara menciptakan kebiasaan baru adalah dengan cara craving the brain yaitu menciptakan keinginan yang kuat pada otak kita. Di dalam buku ini Charles menceritakan kisah Claude C. Hopkins, seorang eksekutif periklanan, yang berhasil memasarkan Pepsodent di Amerika Serikat pada awal tahu 1900-an. Sebelum Hopkins memasarkan Pepsodent, hanya 7% orang di sana yang menggosok giginya tiap hari, tapi 10 tahun setelah Hopkons menerbitkan iklan Pepsodent, 65% orang Amerika menggosok giginya. Pada jaman itu setelah Perang Dunia 1 berakhir, tidak banyak orang yang rajin menggosok giginya, tapi Hopkins berhasil menciptakan iklan yang menimbulkan keinginan yang kuat bagi orang yang melihatnya untuk menggosok gigi menggunakan Pepsodent untuk mendapatkan hasil gigi yang bersih dan senyum yang indah.

Cue : jilatlah gigi anda, apakah anda dapat merasakan lapisan kotoran di gigi anda
Routine : menggosok gigi dengan Pepsodent
Reward : gigi bersih dan senyum menawan

Golden rule atau aturan emas dalam buku ini adalah kebiasaan tidak dapat diubah, yang bisa dilakukan adalah menggantinya menjadi kebiasaan lain. Ini yang dilakukan oleh Tony Dungy, sewaktu dia diterima menjadi kepala pelatih tim futbol Tampa Bay Buccaneers, yang merupakan salah satu tim futbol terburuk di NFL pada tahun 1996. Di tangan Dungy, tim futbol ini menjadi salah satu tim futbol dengan rekor menang terbanyak di NFL dan Tony Dungy adalah satu-satunya pelatih futbol di NFL yang dapat membawa tim-nya 10 kali berturut-turun mencapai babak play off. Dungy tidak melatih peaminnya dengan banyka teori, tetapi hanya fokus pada beberapa gerakan saja yang terus diulang sehingga tercipta kebiasaan baru dan para pemainnya tidak memerlukan waktu untuk berpikir dan mengambil keputusan, tapi melakukan tindakannya secara otomatis.
  
Jadi untuk mengubah kebiasaan buruk, cara terbaik adalah menggantinya dengan kebiasaan baik, yaitu dengan cara memakai Cue dan Reward yang sama, tapi menyelipkan Routine yang baru. Resep tambahan lain adalah keyakinan (believe) bahwa kita dapat mengganti kebiasaan buruk yang biasa kita lakukan dan tentunya harus ada niat yang kuat (will power) untuk berhasil. Karena manusia adalah mahluk sosial, bagi kita akan lebih mudah untuk mengganti kebiasaan jelek secara berkelompok atau paling tidak ada satu orang teman kita yang bersama-sama mengganti kebiasaan jeleknya.
  
Untuk mengubah kebiasaan dalam satu organisasi, kita harus menemukan satu kebiasaan kunci (keystone habit) yaitu suatu kebiasaan yang lebih berarti dari yang lain, yang mempengaruhi organisasi, yang menyebabkan timbulnya kebiasaan lain dengan efek domino.

Ketika upaya Starbucks untuk meningkatkan kemauan keras (will power) pekerja melalui keanggotaan gym dan seminar hidup sehat tersendat, para eksekutif memutuskan bahwa mereka perlu mengambil pendekatan baru. Mereka mulai dengan melihat lebih dekat apa yang sebenarnya terjadi di dalam toko mereka. Yang mereka butuhkan adalah kebiasaan organisasi yang membuatnya lebih mudah untuk mengembangkan disiplin diri mereka. Para eksekutif Starbucks menyadari bahwa mereka telah berpikir salah tentang kemauan keras karyawan, karena pada situasi normal seorang karyawan dengan kemauan keras tidak mengalami kesulitan melakukan pekerjaan mereka, namun saat dihadapkan dengan tekanan atau ketidakpastian yang tidak terduga, karyawan tersebut akan kehilangan kontrol diri , yaitu dimana seorang pelanggan mungkin mulai berteriak, mulai mengomel dan membentak dan karyawan yang biasanya tenang akan kehilangan ketenangannya.

Apa yang benar-benar dibutuhkan karyawan adalah instruksi yang jelas tentang cara menangani hal-hal tersebut di atas. Jadi perusahaan mengembangkan materi pelatihan baru yang menjabarkan rutinitas untuk karyawan untuk digunakan ketika mereka menghadapi pelanggan yang kasar. Manual mengajarkan pekerja bagaimana menanggapi isyarat tertentu, seperti pelanggan yang berteriak atau antrean panjang di kasir. Para manajer melatih karyawan, bermain peran dengan mereka hingga respons menjadi otomatis. Perusahaan mengidentifikasi imbalan tertentu—pelanggan yang berterima kasih, pujian dari manajer — yang dapat dilihat karyawan sebagai bukti pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Starbucks mengajari karyawan mereka cara menangani saat-saat kesulitan dengan memberi mereka lingkaran kebiasaan yang kuat.

 Rosa Parks mengalami kejadian tidak menyenangkan pada tahun 1955 di Montgomery dan mengakibatkan terjadinya pergerakan kampanye hak-hak sipil orang kulit hitam yang akhirnya tersebar ke seluruh daratan Amerika Serikat. Saat itu Rose Parks naik sebuah bis dan duduk di bangku di belakang deretan bangku khusus penumpang kulit putih bersama 4 orang kulit hitam lainnya. Saat ada 1 penumpang kulit putih naik, supir minta agar tempat duduk tersebut dikosongkan, 3 orang kulit hitam yang duduk tersebut berdiri, tapi Rosa tetap duduk. Hal ini menyebabkan supir bis memanggil polisi dan Rosa dibawa ke penjara. Tanpa diduga peristiwa ini memicu boikot orang kulit hitam dengan tidak naik bis di kota itu. Rosa adalah seorang yang sangat dihormati dalam lintas komunitas di Montgomery, sehingga penahanan dirinya memicu serangkaian kebiasaan sosial yang menurut para ahli  sejarawan dan sosiolog selalu muncul pada suatu gerakan sosial yang mengunah dunia dan terdiri dari 3 bagian proses.

Rosa merupakan anggota dari lusinan jaringan sosial di kota tersebut, hal ini mengakibatkan timbulnya rasa persahabatan dan rasa senasib, keinginan untuk membantu orang yang dihormati telah memicu protes awal, ini adalah bagian pertama. Ada naluri alami yang tertanam dalam persahabatan, simpati yang membuat kita mau berjuang untuk seseorang yang kita sukai ketika mereka diperlakukan tidak adil.

Selanjutnya setelah teman-teman Rosa menyebarkan berita ini, maka timbul perasaan di semua orang kulit hitam bahwa mereka juga wajib membantu Rosa, walaupun mereka tidak mengenal Rosa secara langsung. Inilah yang disebut tekanan kelompok sosial atau ikatan lemah yang merupakan bagian kedua dari seluruh proses. Tekanan ini dan kebiasaan sosial yang mendorong orang untuk menyesuaikan diri dengan harapan kelompok besar dan menyebabkan boiket bis selama berbulan-bulan. Komunitas itu ditekan untuk berdiri bersama karena takut bahwa siapa pun yang tidak berpartisipasi bukanlah seseorang yang dinginkan sebagai teman.

Kebiasaan sosial ini bukanlah satu pola yang konsisten seperti lusinan kebiasaan individu yang pada akhirnya menyebabkan semua orang bergerak ke arah yang sama. Untuk terus dapat bertahan, dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberi peserta kebiasaan baru yang menciptakan rasa identitas baru dan perasaan kepemilikan. Martin Luther King, Jr. adalah pemimpin yang dapat mengenali serangkaian perilaku baru yang mengubah peserta dari pengikut menjadi pemimpin yang mengarahkan diri sendiri karena merasa gerakan tersebut adalah untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri. Ini adalah bagian ketiga dimana pola sosial itu, dari waktu ke waktu, menjadi otomatis dan meluas ke tempat-tempat dan kelompok-kelompok lain dan pengunjuk rasa yang tidak pernah bertemu Rosa maupun King, tetapi yang bisa mengambil kepemimpinan gerakan hanya dengan menonton bagaimana para pesertanya terbiasa berperilaku.

Demikian ringkasan buku dari Charles Duhigg ini, semoga kita semua dapat mengambil manfaatnya dalam usaha mempunyai kebiasaan yang baik. Untuk pembaca yang membutuhkan buku ini dalam bentuk pdf, mohon cantumkan alamat email pada kolom comment di bawah.



Komentar

  1. Balasan
    1. PDF sudah dikirim, mohon cek emailnya, terima kasih

      Hapus
  2. Balasan
    1. PDF sudah dikirim, mohon cek emailnya, terima kasih

      Hapus
  3. Balasan
    1. PDF sudah dikirim, mohon cek emailnya, terima kasih

      Hapus
  4. Balasan
    1. PDF sudah dikirim, mohon cek emailnya, terima kasih

      Hapus
  5. terima kasih buat ringkasan nya...boleh saya dikirim pdf bukunya di alamat email saya berikut:
    boyborissirait@gmail.com

    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. PDF sudah dikirim, mohon cek emailnya, terima kasih

      Hapus
  6. Balasan
    1. PDF sudah dikirim, terima kasih telah mengunjungi blog ini.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  7. Ansyahrobi8480@gmail.com
    Ilmu yg bermanfaat terima kasih

    BalasHapus
  8. minta pdf nya dong bang soerizansa@gmail.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Intelligent Investor - Benjamin Graham - Ringkasan buku

Bangkok dan sekitarnya Ayutthaya, Pattaya, Khao Yai, Hua Hin - JJM

Think and Grow Rich - Napoleon Hill - Ringkasan buku