The Intelligent Investor - Benjamin Graham - Ringkasan buku

Benjamin Graham (1894-1976) yang merupakan lulusan Columbia University dan memulai karir di Wall Street pada umur 20 tahun, dikenal sebagai ‘bapak investor’ dan telah menulis 2 buku mengenai investasi yang menjadi dasar bagi semua investor sampai saat ini, yaitu Security Analysis dan The Intelligent Investor. Benjamin Graham juga sempat mengajar di almamaternya dan Warren Buffet adalah salah satu muridnya.

Buku yang diterbitkan pada tahun 1949 disebut oleh Warren Buffet sebagai buku terbaik mengenai investasi dan sampai sekarang dianggap sebagai ‘kitab suci’ dari para investor sukses di dunia. Di dalam buku ini dibahas semua aspek yang harus diperhatikan oleh seorang investor yang cerdas/smart.

Untuk videonya bisa dilihat di https://youtu.be/X1Q9DsfwAQs

1.       INVESTOR VS SPEKULATOR

Inevestor yang cerdas tidak pernah mengharapkan hasil atau keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat. Investor yang cerdas tidak tergantung dengan IQ tinggi, tip orang dalam maupun keberuntungan dalam melakukan dan memilih saham yang tepat. Ada 3 prinsip dasar dari investor cerdas dalam memilih saham suatu perusahaan, yaitu :

·         Melakukan analisa fundamental yang menyeluruh untuk perusahaan yang akan dibeli sahamnya

·         Mencegah kerugian besar dengan melakukan diversifikasi saham

·         Mencari keuntungan yang memadai bukan yang luar biasa besarnya

Jika seorang investor tidak menjalankan 3 prinsip dasar tersebut, maka menurut Benjamin Graham, sebenarnya dia adalah spekulator bukan investor. Spekulator selalu mengharapkan keuntungan besar dari fluktuasi pasar, sedangkan investor mengharapkan keuntungan yang memadai dan stabil dari dividen dan kenaikan harga saham.

2.       INVESTOR & INFLASI

Keberhasilan suatu investasi bukan diukur dari seberapa besar keuntungan yang didapat, melainkan diukur dari seberapa besar sisa keuntungan yang didapat setelah dipotong inflasi, karena tujuan utama investasi adalah untuk melindungi nilai uang kita agar tidak semakin menurun nilainya dimakan inflasi. Dengan memperhatikan data inflasi di bawah ini, kita dapat menetukan seberapa besar target keuntungan yang harus dicapai.

Data Inflasi Indonesia Sejak 2001

Tahun   Inflasi                                    Tahun   Inflasi

2001       12,55%                                  2009       2,78%

2002       10,03%                                  2010       6,96%

2003       5,06%                                    2011       3,79%

2004       6,40%                                    2012       4,30%

2005       17,11%                                  2013       8,36%

2006       6,60%                                    2014       8,36%

2007       6,59%                                    2015       3,35%

2008       11,06%                                  2016       3,02%

2017       3,61%

Sumber: BI, Data Target Inflasi dan Inflasi

Investor cerdas akan selalu memilih saham yang berkualitas, tidak membeli saham saat pasar dalam kondisi ‘bull’ naik, tidak selalu percaya terhadap ‘ahli’ saham di TV maupun radio karena pada dasarnya tidak ada seorngpun yang dapat dengan tepat meramal saham mana yang akan naik atau turun berdasarkan tren masa lalu dan memiliki logika berpikir yang terukur untuk menghindari emosi sesaat.

3.       DEFENSIVE INVESTOR

Saat memperhitungkan resiko yang layak diambil, seorang defensive investor akan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

·         Berapa banyak orang yang bergantung padanya (jumlah tanggungan)

·         Apakah sudah menjadi wiraswasta atau masih bekerja penuh waktu

·         Berapa besar resiko yang sanggup ditanggungnya

Keputusan paling penting untuk melakukan investasi adalah melakukan alokasi aset dalam beberapa instrumen investasi yang berbeda, pelajari dengan cermat sebelum kita melakukan investasi, sehingga kita dapat meminimalkan resiko kerugian dan memaksimalkan keuntungan. Yang perlu dicatat adalah tidak ada investasi yang tidak beresiko, untuk itu adalah penting sekali untuk tidak menaruh seluruh uang kita hanya dalam satu bentuk investasi saja. Di dalam buku ini Benjamin Graham menganjurkan untuk memakai rasio investasi 25%  di obligasi dan 75% di saham.

Berikut parameter yang dipakai seorang defensive investor atau yang biasa disebut investor pasif, untuk membangun portofolio sahamnya :

·         Diversifikasi antara 10-30 saham

·         Pilih saham perusahaan besar (penjualan di atas 700 juta dolar)

·         Dibiayai secara konservatif, current ratio/rasio lancar di atas 200%

·         Selalu membayar dividen selama 20 tahun terakhir

·         Tidak pernah defisit penghasilan selama 10 tahun terakhir

·         Pertumbuhan pendapatan di atas 2,9% per tahun selama 10 tahun terakhir

·         Mempunyai aset murah, yaitu jika kapitalisasi pasar lebih kecil dari aset dikurangi kewajiban dikali 15

·         Mempunyai pendapatan murah, yaitu jika price earning ratio (harga saham dibandingkan dengan laba per saham) lebih kecil dari 15

Jika semua parameter di atas dievaluasi setiap saat investor memilih saham, maka prosesnya semakin lama akan menjadi ‘auto pilot’ dan memang menjadi seorang defensive investor seharusnya adalah hal yang membosankan. Pada saat ini ada cara paling mudah untuk menjadi defensive investor, yaitu dengan berivestasi di reksadana index fund.

4.       ENTERPRISE INVESTOR

Untuk menjadi seorang enterprise investor, dibutuhkan kesabaran, disiplin, kemauan belajar dan waktu yang lebih banyak dibandingkan untuk menjadi seorang defensive investor.

Walaupun seorang enterprise investor dituntut untuk selau agresif dalam mencari saham berkualitas dengan nilai price to earning ratio serta price to book value yang rendah, investor tipe ini juga harus tetap waspada dan mempunyai prinsip sebagai berikut :

·         Menghindarai ‘day trading’, yaitu membeli dan menjual saham di hari yang sama, karena resiko ‘day trading’ ini walaupun membutuhkan modal sedikit tapi beresiko tinggi.

·         Menghindarai membeli saham IPO, karena kebanyakan saham yang baru masuk bursa adalah saham yang overprice.

·         Tetap menghitung harga dan nilai karena price tidak sama dengan value, membeli saham perusahaan bagus dengan harga terlalu mahal bukan merupakan investasi yang baik.

Berikut parameter yang dipakai seorang enterprise investor atau yang biasa disebut investor agresif, untuk membangun portofolio sahamnya :

·         Diversifikasi beberapa saham

·         Current ratio/rasio lancar di atas 150%

·         Membayar dividen selama tahun ini

·         Tidak mengalami defisit penghasilan tahun lalu

·         Pertumbuhan pendapatan selama 5 tahun terakhir

·         Mempunyai aset murah, yaitu jika kapitalisasi pasar lebih kecil dari aset (termasuk tangible asset/aset tak berwujud) dikurangi kewajiban dikali 12

Jika diperhatikan seorang enterprise investor tetap menggunakan beberapa parameter yang digunakan oleh seorang defensive investor, hanya nilainya lebih longgar. Investor tipe ini juga banyka meluangkan waktunya untuk riset dan mencari saham-saham yang tidak terlalu popular tapi memiliki potensi yang baik.

5.       MARGIN OF SAFETY

Di dalam buku ini, Benjamin Graham menyatakan bahwa ‘Margin of Safety’ adalah konsep sentral dalam investasi. Investor yang cerdas harus tahu berapa intrinsic value/nilai riil dari sebuah saham. ‘Margin of Safety’ adalah perbedaan nilai dari harga saham di pasar saham dan nilai riil saham tersebut, semakin besar perbedaan tersebut berarti makin besar ‘Margin of Safety’ yang diperoleh investor.

Pada saat harga saham lebih rendah dari nilai riil saham tersebut, maka itulah saatnya investor membeli saham tersebut dan sebaliknya jika harga saham sudah melampaui nilai riil saham tersebut, itulah saatnya investor menjual saham tersebut dan memperoleh keuntungan.

Karena dalam menghitung nilai riil suatu saham ada kemungkinan investor melakukan kesalahan, Benjamin Graham selalu menekankan pentingnya diversifikasi saham, yaitu menempatkan investasi dalam beberapa saham dari berbagai jenis industri, sehingga pada akhirnya investor yang cerdas dapat mengumpulkan keuntungan yang lebih besar dari kerugian yang dikumpulkan dari semua saham yang dimilikinya.

Berikut adalah salah satu contoh saham yang berkualitas baik sekali tapi harganya sudah jauh lebih mahal dari nilai riil-nya, yaitu saham PT. Unilever Indonesia, Tbk dengan kode UNVR. Dapat dilihat di tabel di bawah, semua parameternya sangat baik, tetapi Price Earning Ratio-nya sudah di atas 60, karena harga sahamnya di penutupan tahun 2017 adalah sebesar Rp. 55.900 yang jika dibandingkan laba bersih per saham Rp. 918, rasionya 60,8.

Uraian	2017	2016	2015	2014	2013
Penjualan Bersih	41205	40054	36484	34511	30757
Harga Pokok Penjualan	-19985	-19595	-17835	-17304	-14979
Laba Bruto	21220	20459	18649	17207	15778
Beban Usaha	-11724	-11751	-10710	-9194	-8614
Laba Usaha	9496	8708	7939	8013	7164
Laba sebelum Pajak Penghasilan	9372	8572	7829	7928	7159
Laba	7005	6391	5851	5927	5353
EBITDA	10150	9258	8444	8388	7675
Aset Lancar	7942	6588	6623	6337	5218
Jumlah Aset	18906	16746	15730	14281	12704
Liabilitas Jangka Pendek	12532	10878	10128	8864	7777
Jumlah Liabilitas	13733	12042	10903	9534	8636
Ekuitas	5173	4704	4827	4747	4068
Modal Kerja Bersih	-4590	-4290	-3505	-2527	-2559
Margin Laba Bruto	51%	51,1%	51,1%	49,9%	51,3%
Margin Laba Usaha	23%	21,7%	21,8%	23,2%	23,3%
Margin Jumlah Penghasilan Komprehensif Tahun Berjalan	17%	14,9%	16,1%	17,6%	17,4%
Margin EBITDA	25%	23,1%	23,1%	24,3%	25,0%
Jumlah Saham Beredar (dalam jutaan saham)	7630	7630	7630	7630	7630
Laba Bersih per Saham Dasar (dalam nilai penuh Rupiah)	918	838	766	776	701
Pembayaran Dividen per Saham (dalam nilai penuh Rupiah)	870	799	758	707	664
Jumlah Pembayaran Dividen	6638	6096	5784	5394	5066

6.       PRINSIP BISNIS

Pada bab terakhir di buku ini, Benjamin Graham memaparkan 4 prinsip yang harus diingat oleh seorang investor cerdas, yaitu :

·         Pastikan anda tahu apa yang anda lakukan

·         Jangan minta orang lain menjalankan bisnis anda, kecuali anda dapat mengontrol kerjanya atau anda sangat percaya akan integritas dan kemampuannya

·         Jangan masuk ke satu bisnis yang anda tidak ketahui kemungkinannya untuk mendapatkan keuntungan

·         Percaya diri untuk mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang anda miliki.

Demikian ringkasan dari buku yang menjadi pegangan bagi Warren Buffet dan banyak lagi investor sukses lainnya, semoga kita semua dapat mengambil hikmahnya dan dapat menggunakannya dalam kehidupan kita untuk mencapai hidup yang lebih sukses.

Untuk pembaca yang membutuhkan penjelasan mengenai istilah-istilah akuntansi mohon menuliskannya dalam kolom comment dan bagi yang membutuhkan buku ini dalam bentuk pdf, mohon cantumkan alamat email pada kolom comment di bawah ini :